Cari Blog Ini

Kamis, 16 Februari 2023

Energi (Baru) dalam Pesawat Kertas

Dokpri

Pagi tadi saya masuk ruang kelas dengan perasaan yang lebih baik dari hari kemarin. Ada energi baru yang muncul kembali setelah dirundung gempuran gabut akibat dompet kosong sejak kemarin.

Sebelum berangkat ke sekolah gabut itu masih meracuni nadi berpikir dan kesadaran saya. Kegabutan itu terutama disebabkan oleh motor yang belum dibawa ke bengkel. Sementara biaya servis belum juga saya kantongi.

Saya mengeluarkan motor dari gudang dan menuntunnya sampai di halaman yang agak lega. Saya mencoba menghidupkannya lagi dengan harapan bisa hidup. 

Di luar dugaan, ternyata pagi yang berkabut sedang ingin mempertontonkan sebuah keajaiban di hadapan saya. Motor itu tetiba saja bisa hidup dengan sekali tekan pada tombol electric starter. Gabut yang telah mengeras dalam kesadaran saya sedikit berkurang. Saya mulai bisa berdamai dengan keadaan.

Hanya dengan mencuci muka saya berangkat ke sekolah. Sebuah kebiasaan saat masih bujang yang sesekali saya ulangi setelah berkeluarga. Cuaca dingin membuat saya menjatuhkan pilihan berangkat tanpa mandi pagi. Agak risih juga bertanya kepada siswa kalau soal mandi.

Saya tiba di sekolah sekitar 15 menit lebih lambat dari pukul tujuh. Beberapa menit berlalu, smartphone saya berdering. Seorang tetangga yang juga masih kerabat menelpon. Katanya ingin mengembalikan uang yang dipinjamnya beberapa waktu yang lalu. Mendengar kabar itu dada saya semakin lega, selega lapangan bola.

Motor tidak dibawa ke bengkel dan niat baik kerabat yang akan mengembalikan pinjamannya seolah melipatgandakan energi saya hari ini. Saya seolah berada pada sebuah titik yang menumbuhkan semangat berbaur dengan anak-anak kelas 3 dalam proses belajar.

Saya memasuki kelas dengan semangat yang berbeda. Hal serupa tampak pada anak-anak. Wajah-wajah polos itu memperlihatkan kesiapan untuk belajar. Kehadiran semua siswa menandai permulaan bagus untuk menyambut pagi. Mungkin bukan sebuah kebetulan pula kehadiran energi baru itu sesuai dengan tema pelajaran yang membahas tentang energi, tepatnya sumber energi.

Untuk masuk ke materi energi, saya mencoba menggali pemahaman siswa dengan mulai dari diri siswa sendiri. Saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemantik secara lisan yang berhubungan energi, misalnya, tentang pentingnya sarapan dan pengaruhnya dengan aktivitas sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan itu menggiring siswa ke tema sentral tentang energi.

Selanjutnya anak-anak berdiri untuk melakukan aksi yang berhubungan dengan energi. Mereka berbaris dengan membawa buku. Buku itu diangkat sejajar dengan muka siswa. Sehelai lembaran buku dibiarkan menjuntai kemudian bersama-sama meniupnya. 

Tindakan itu menimbulkan gerakan pada helai kertas yang menjuntai. Apa yang dilakukan siswa membawa mereka pada kesimpulan bahwa angin merupakan salah satu sumber energi yang dapat menimbulkan gerakan. Pemahaman awal itu kemudian membawa mereka pada pengalaman sehari-hari bahwa angin sebagai sumber energi dimanfaatkan untuk bermain layang-layang, menerbangkan balon, memutar baling-baling dan sebagainya.

Pada tahap selanjutnya siswa bersama-sama membuat media yang dapat digerakkan oleh angin. Pesawat terbang kertas menjadi pilihan mereka karena bahan-bahannya mudah didapatkan. Saya pun memfasilitasi mereka dengan kertas HVS tak terpakai. 

Dalam proses pembuatannya beberapa siswa mampu membuat lipatan sesuai petunjuk dengan rapi. Beberapa lainnya mampu melipat tetapi tidak simetris. Sisanya satu dua orang tidak dapat membuat lipatan simetris pada beberapa tahapan.

Proses pembuatan pesawat tersebut paling tidak melibatkan pemahaman geometris. Ada semacam tuntutan keterampilan terhadap siswa bagaimana melipat bidang-bidang kertas itu, ke mana arah lipatan, serta garis atau sisi kertas mana saja yang lipatannya harus simetris.

Secara keseluruhan akhirnya semua siswa dapat menyelesaikan pembuatan pesawat kertas. Beberapa orang dengan girang melakukan uji coba dengan melempar pesawatnya di dalam kelas. Kelas sedikit gaduh tetapi suasana pembelajaran menyenangkan mereka dapatkan.

Agar lebih leluasa anak-anak memainkan pesawatnya di luar kelas. Mereka berdiri berjajar di halaman sekolah dan melempar pesawatnya ke udara. Beberapa pesawat terbang jauh. Beberapa lainnya tidak dapat terbang maksimal.

Berdasarkan pengamatan ternyata disebabkan oleh cara melempar pesawat dan bentuk lipatan yang melibatkan unsur simetris sehingga mempengaruhi keseimbangannya. Hal terpenting adalah bahwa mereka memahami bahwa angin merupakan salah satu sumber energi dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman tentang sumber energi itu kemudian diperluas dengan informasi jenis-jenis energi lain yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lombok Timur, 16 Januari 2023

Rabu, 01 Februari 2023

Belajar Membandingkan dua artikel

Membaca merupakan salah satu kemampuan literasi yang penting seorang siswa. Membaca secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan mendapatkan informasi secara tertulis.

Level kemampuan membaca pada setiap siswa tidak sama. Ada yang lancar dan dapat memahami makna sebuah kalimat. Rerata siswa yang lancar membaca dengan sendirinya memahami isi bacaan. Kelompok ini biasanya disertai dengan kemampuan membaca sesuai dengan tanda baca.

Ada juga siswa yang cukup lancar membaca tetapi tidak memahami penggunaan tanda baca. Kelompok ini tidak memahami fungsi tanda titik, koma, atau tanda baca lainnya.

Ada siswa yang membaca terbata-bata

Selasa, 31 Januari 2023

Pagi yang Basah

dokpri

Hujan semalam meninggalkan genangan air di halaman sekolah. Di salah satu sudut sekumpulan siswa terlihat berkerumun tengah saling berbagi cerita atau mungkin sedang berdebat entah tentang apa. Salah seorang terlihat bersemangat tengah bercerita atau mungkin sedang berargumen kepada teman+temannya. Siswa lainnya menunjukkan sikap mendengar dengan seksama. Ada pula yang terlihat sekadar ikut berkerumun untuk melengkapi suasana. Di balik teralis halaman seorang tukang cilok berdiri termangu menanti anak-anak memesan jualannya. 

Di sudut lainnya sejumlah siswa sedang melahap sarapan nasi berbungkus kertas yang baru saja dibelinya pada penjual yang membuka lapak di sisi selatan halaman sekolah.

Shalat Berjamaah; Upaya Membentuk Profil Pelajar Pancasila

Angka penunjuk waktu pada smartphone saya sudah menunjukkan pukul 12.20 menit. 11 menit lagi, tepat pukul 12.31 waktu shalat akan segera tiba.

Seperti biasa 4 hari pertama setiap minggu, Senin sampai Kamis, Anak-anak tampak mulai bersiap-siap mengikuti kegiatan shalat berjamaah sebelum pulang sekolah. Beberapa siswa mengambil air wudhu pada kran yang tersedia di depan ruang kelas masing-masing. Siswa perempuan terlihat menenteng mukenah. Siswa laki-laki beberapa di antaranya mondar mandir berkalung sarung.

Sejumlah siswa bergerombol berjalan menuju masjid di seberang jalan kampung. Masjid berlantai dua itu menjadi pusat ibadah masyarakat setempat. Fasilitas itulah yang dimanfaatkan sekolah untuk melakukan kegiatan shalat berjamaah sebagai salah satu program sekolah. 

Ini yang disebut peluang, memanfaatkan sebuah kemungkinan yang berada di lingkup eksternal. Di samping tidak ada fasilitas ibadah, masjid yang berdekatan dengan sekolah itu juga menjadi alternatif paling tepat untuk melaksanakan shalat. Lagi pula kalau ada sarana ibadah yang dapat dimanfaatkan untuk apa membuat sarana ibadah lain. Apalagi takmir masjid dan tokoh masyarakat setempat juga mendukung kegiatan tersebut. 

Sejak awal kegiatan dilakukan, takmir masjid berharap sekolah tetap dapat melaksanakan shalat di masjid. "Soalnya masjid sepi," katanya berargumen.

Sebagian masjid memang kondisinya seperti itu. Begitulah keadaan masyarakat di banyak tempat. Mereka tidak segan-segan menghabiskan energi dan biaya yang besar untuk membangun masjid. Akan tetapi, masjid itu sepi setiap waktu. Suara adzan menggelegar saban kali waktu shalat tiba, tetapi hanya 2-3 orang saja yang rajin hadir memenuhi panggilan shalat itu.

Saat membangun masjid, orang-orang rela meninggalkan pekerjaan lain untuk ikut bergotong royong. Tetapi ketika masjid itu sudah berdiri dengan megah, saat waktu shalat tiba hanya 2-3 orang saja makmum yang berdiri di belakang imam. Yang datangpun sudah renta pula. Mereka yang dulu tidak pernah absen saat pembangunan masjid seakan hilang ditelan anaconda saat azan berkumandang.

Sudah menjadi pengetahuan umum bagi umat muslim, shalat berjamaah merupakan salah satu pilar ibadah terpenting. Banyak dalil yang memberikan penjelasan tentang keutamaan shalat berjamaah. Sebuah hadist populer dalam konteks ibadah shalat itu sendiri, misalnya, menyebutkan bahwa keutamaan shalat lebih baik 27 derajat daripada shalat sendiri. 

Banyak sekolah memilih shalat berjamaah menjadi salah satu aktivitas rutin di sekolah. Tidak saja shalat wajib tetapi juga shalat sunnah. Shalat berjamaah dapat menjadi salah satu instrumen yang dapat dilakukan dalam rangka penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Sebagian sekolah masih menganggap bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila identik dengan sebuah aktivitas yang menghasilkan produk material. Projek penguatan profil pelajar Pancasila lebih dari itu. P5 memiliki esensi bagaimana 6 dimensi dalam profil diatas dapat dikembangkan. Jikapun ada produk material yang dihasilkan itu merupakan bonus.

Sebagaimana dipahami bahwa dimensi profil Pelajar Pancasila itu terdiri dari 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebhinekaan global; 5) Bernalar kritis; dan 6) Kreatif.

Apa saja dimensi profil pelajar Pancasila yang dapat dikembangkan melalui shalat berjamaah?

Dimensi paling utama yang dapat ditumbuhkan melalui shalat berjamaah adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Ini merupakan dimensi pertama dalam profil Pelajar Pancasila. Pada dimensi ini, terdapat elemen yang menjadi sasaran pengembangan yaitu, pembentukan akhlak yang terdiri dari akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara. Melalui shalat berjamaah diharapkan terbentuknya akhlak beragama, akhlak pribadi, dan akhlak kepada sesama manusia (akhlak sosial). 

Pertama, akhlak beragama, sebuah elemen yang merujuk kepada sebuah kesadaran bagaimana seseorang mengenal sifat-sifat tuhan dan menghayati bahwa esensi sifat-sifat Tuhan adalah kasih sayang tanpa batas. Untuk mencapai kesadaran ini bagi seorang muslim dapat dicapai melalui ibadah shalat. Hal inilah yang ingin ditumbuhkan pada siswa melalui shalat berjamaah.

Kedua, akhlak pribadi, sebuah kesadaran seorang pelajar untuk senantiasa menjaga kesejahteraan dirinya. Kesejahteraan diri dapat diartikan sebagai suatu titik dimana peserta didik dalam kondisi mood positif, memiliki sifat, ketahanan dan kepuasan diri yang kuat, merasa aman, nyaman, dan memiliki kesehatan mental yang baik. Siswa memiliki kendali atas dirinya untuk memilih tindakan-tindakan yang patut atau tidak patut dilakukan. 

Shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. (al Ankabut: 45)

Salah satu kesejateraan diri yang patut diperhitungkan dalam shalat berjamaah adalah disiplin. Dalam baris-berbaris dikenal terdapat peraturan yang harus dipatuhi, peserta bergerak sesuai dengan aba-aba pemimpin barisan. 

Hal serupa juga berlaku dalam shalat berjamaah. Ada aturan di dalamnya yang harus dipatuhi makmum. Makmum tidak boleh melakukan gerakan sendiri tanpa mengikuti gerakan imam. Aturan dalam shalat ini setidaknya menjadi bagian dari penanaman disiplin.

Ke tiga, akhlak sosial, salah elemen penting yang dapat ditumbuhkan melalui shalat berjamaah. Shalat berjamaah menumbuhkan perasaan solidaritas, kepedulian terhadap sesama, kebersamaan. Shalat berjamaah diharapkan dapat menghapus sekat status sosial, menghargai perbedaan karakter, dan membangun nilai-nilai sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Shalat berjamaah memungkinkan seseorang selalu melakukan perjumpaan dengan orang lain. Situasi ini tentu akan mempererat simpul ikatan emosional antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, program shalat berjamaah bagi siswa muslim penting untuk tetap dilakukan sebagai upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Semoga bermanfaat.

Lombok Timur, 31 Januari 2023.

Minggu, 29 Januari 2023

Para Pencari Gaharu, Catatan Perjalanan Penuh Bahaya

Screenshot salah satu channel YouTube pencari gaharu

Bersosialisasi dengan tetangga di kampung merupakan rutinitas keseharian. Salah satu cara bersosialisasi itu dengan ngobrol di teras rumah atau sekepat.

Tetangga saya, juga teman ngobrol saat senggang, tiga bersaudara, baru saja pulang sekitar dua Minggu yang lalu dari Kalimantan. Mereka merantau ke pulau itu untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Setiap tahun menjelang Ramadlan mereka pulang.  Biasanya seminggu sampai sebulan sebelum puasa mereka sudah berada di rumah. Pasca lebaran mereka kembali meninggalkan istri dan anak-anaknya.

Apa yang mereka lakukan di pulau terbesar dalam wilayah NKRI itu?

Kompasianer tentu sangat familiar dengan sinetron berseri "Para Pencari Tuhan" (PPT) dengan dialog penuh filosifis tokoh-tokohnya. Saya mengadopsi judul sinetron itu untuk menyebut pekerjaan mereka sebagai "Para Pencari Gaharu".

Mereka memang pencari kayu gaharu (dalam bahasa Sasak disebut garu). Di Negeri Borneo itu mereka melakukan petualangan keluar masuk hutan untuk mencari gaharu, kayu yang digunakan untuk berbagai keperluan di bidang kesehatan dan kecantikan (KOMPAS.com). 

Mereka, Para Pencari Gaharu, merupakan orang-orang orang nekat dengan keberanian yang luar biasa. Mereka berani menantang rimba Kalimantan dengan berbagai bahaya yang menantang.

Para Pencari Gaharu (PPH) merupakan orang-orang yang dilengkapi anugerah dengan keberanian yang melampaui batas toleransi. Mereka mirip dengan pemanjat gedung pencakar langit yang berani menantang maut. Jika pemanjat gedung berhadapan ketinggian dan kekuatan gravitasi bumi, Para Pencari Gaharu (PPH) harus berhadapan dengan kehidupan buas alam rimba. Mereka berjumpa dengan perubahan cuaca ekstrem, tebing yang curam, binatang buas, atau tersesat dan kehilangan arah. Belum lagi resiko kehabisan bekal dan terserang penyakit. Menurut PPH, sudah banyak pencari gaharu yang meninggal dan di kubur teman-temannya di tengah hutan.

Secara berkelompok mereka masuk hutan. Mereka menaklukkan bukit, menantang arus sungai. Di tengah hutan mereka membangun tenda sekadar tempat berteduh semalam untuk melanjutkan perjalanan besok pagi. 

Setiap kelompok bisa terdiri dari 5-10 orang. Setiap anggota kelompok membawa beban sambil berjalan kaki. Mereka menembus belantara, membelah sungai, menaklukkan bukit, dan menantang berbagai sisi alam liar hutan Kalimantan.

Untuk melakukan petualangan itu, mereka membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Petualangan itu membuat mereka harus membawa sangu atau bekal perjalanan yang cukup. Menempuh perjalanan dengan beban begitu berat dan medan tempuh yang penuh bahaya hanya dapat dilakukan oleh orang-orang bernyali.

Jumat, 27 Januari 2023

Buku dari Benua Kangguru

Saya bergabung dengan Kompasiana sejak awal tahun 2022, sebuah platform blog dan publikasi online yang dikembangkan oleh Kompas Cyber Media sejak 22 Oktober 2008. Setiap konten (artikel, foto, komentar) dibuat dan ditayangkan langsung oleh Pengguna Internet yang telah memiliki Akun Kompasiana (disebut Kompasianer).

Sampai akhir tahun 2022 jumlah member (Kompasianer: sebutan untuk member) telah mencapai 3.5 juta orang. 

Saya sendiri bergabung dengan Kompasiana sejak awal tahun 2022. Sampai akhir tahun yang sama saya sudah menulis lebih dari 120-an artikel. 

Bergabung dalam Kompasiana membuat mendapatkan banyak hal. Pertama, saya dapat memperoleh informasi lawas sampai informasi paling baru tentang banyak hal. Berbagai jenis tulisan Kompasianer saya dapat memperkaya wawasan tentang berbagai bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, politik, teknologi, sampai hal-hal sederhana yang tak pernah terbetik di benak saya.

Ke dua, Melalui Kompasiana saya dapat mengekspresikan ide, pikiran, dan pengalaman saya melalui tulisan dan berpotensi dibaca banyak orang. Kompasiana memungkinkan saya memperkenalkan diri kepada banyak orang melalui tulisan.

Ke tiga, saya dapat  terhubung dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang profesi, sosial, suku, agama, dan idealisme.

Dari blog keroyokan ini pula saya mengenal salah seorang Kompasianer yang tinggal di Australia, Tjiptadinata Efendi. Berdasarkan beberapa artikelnya, Pak Tjipta (begitu saya menyebutnya), lahir di Padang Sumatera Barat.

Di Kompasiana Pak Tjipta telah mencapai status maestro, sebuah predikat senior seorang Kompasianer. Tidak saja karena Pak Tjipta telah lama bergabung tetapi juga karena artikelnya sudah mencapai puluhan ribu sehingga menjadi seorang maestro dalam Kompasiana.

Dalam artikelnya, Pak Tjipta banyak menuliskan tentang pengalaman hidupnya, kegiatan sehari-hari dengan menyisipkan nilai-nilai kehidupan yang positif. Jika berkenan silakan membuka profil Pak Tjipta di sini

Pak Tjipta tidak saja rajin menulis di Kompasiana tetapi juga telah berhasil menerbitkan buku. Bulan November tahun 2022 lalu, Pak Tjipta secara gratis membagikan bukunya kepada Kompasianer. Lewat platform Kompasiana, Pak Tjipta menawarkan bukunya dengan meminta nomor WA dan dan alamat yang berminat.

Mendapat tawaran itu saya tentu saja salah seorang dari kompasianer yang langsung merespon dengan mengirimkan identitas melalui nomor yang dicantumkan Pak Tjipta dalam artikelnya. 

Rupanya distribusi buku Pak Tjipta dipercayakan kepada adiknya yang tinggal di Jakarta.

Sampai akhirnya suatu hari seorang kurir menelpon saya bahwa dia sedang mengantarkan barang kiriman dan meminta saya menunggu di rumah. 

Saya sempat bingung karena tidak pernah merasa belanja online. Saya baru sadar setelah kiriman itu sampai. Ternyata kiriman itu sebuah buku yang dikirim oleh Pak Tjiptadinata Efendi.

Demikianlah semangat kebaikan itu tidak tersekat batas negara, usia, dan status sosial.

Pak Tjipta tidak saja memiliki kekayaan material yang melimpah tetapi juga pribadi yang selalu bersemangat menularkan kebaikan kepada orang lain. 

Buku yang saya terima dari Pak Tjipta merupakan bukti bahwa kebaikan itu bisa menyebar dari satu benua ke benua lainnya. Buku itu memang dikirim dari Jakarta tetapi pemilik dan penulisnya berasal dari benua Kangguru.

Terim kasih Ayah Tjipta.

Lombok Timur, 28 Januari 2023

Kamis, 26 Januari 2023

Jum'at Berkah

 

Sumber gambar Dokpri

Pagi yang cerah, secerah senyum Majnun saat menatap sinar rembulan yang menerpa pelataran rumah Layla. Udara pagi tak berembus. Barisan pohon mangga di halaman sekolah berdiri termangu seolah tengah menikmati kehangatan mentari dan merasakan kesejukan pagi. Halaman sekolah terasa meluahkan kelembaban sisa hujan dua hari yang lalu.

Saya memasuki gerbang sekolah sekitar pukul 07. Anak-anak sudah ramai. Beberapa orang terlihat menyapu halaman, memungut sampah, dan mendorong bak sampah beroda.

Beberapa siswa lainnya berkerumun membeli sarapan atau jajanan pada penjual yang membuka lapak di sisi selatan halaman.

Seorang siswa mengayuh sepeda. Di belakangnya berlari seorang siswa lainnya mengejar sepeda yang melaju pelan.

"Sepedanya hentikan dulu," saya menghentikan aksinya dengan kalimat datar, "Temanmu sedang membersihkan halaman."

Siswa pengayuh sepeda berhenti dan memilih tempat untuk memarkir sepedanya. Sebagian besar anak-anak memang telah menunjukkan prilaku positif terhadap lingkungan sekolah. Tetapi sebagian lagi, belum menunjukkan tanggung jawab. Kelompok terkahir ini memerlukan pendampingan agar dapat menyesuaikan dengan teman-temannya.

Dengan tas masih di punggung saya meminta salah seorang siswa mengambil sapu lidi. Tergopoh-gopoh siswa itu masuk kelas. Sesaat kemudian anak itu telah keluar. Tangannya menenteng sebuah sapu lidi bertangkai panjang dan menyodorkannya kepada saya.

Sumber gambar dokpri

Saya mengambil sapu itu dan mulai menyapu bersama siswa di halaman sekolah. Seorang siswa menarik bak sampah ke arah saya. Siswa itu memunguti sampah yang telah terkumpul dan dimasukkan ke dalam bak sampah. 15 menit berlalu sejak kedatangan saya halaman sekolah sudah bersih.

Demikianlah. Anak-anak jaman sekarang tidak dapat dididik secara verbal saja. Mereka memerlukan contoh atau prilaku yang dapat memberikan inspirasi yang menumbuhkan kesadaran pribadi kepada mereka tanpa merasa terpaksa.

Tindakan menyapu tidak memerlukan kerja intelektual atau aktivitas koginisi yang rumit dan beban kerja fisik yang berat. Menyapu merupakan pekerjaan sederhana yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Akan tetapi, untuk menularkan kebiasaan itu kepada anak-anak memerlukan cara yang memungkinkan mereka membangun sendiri kesadaran untuk melakukannya.

Sama halnya ketika menumbuhkan dan mengembangkan sikap disiplin kepada siswa, mereka memerlukan contoh bagaimana disiplin itu dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata. Di kelas siswa memerlukan media pembelajaran agar dapat menguasai materi pelajaran atau komptensi yang diharapkan. Pada ranah disiplinpun mereka membutuhkan semacam instrumen berupa contoh yang tentu saja harus ditunjukkan oleh guru dan orang-orang dewasa di sekolah.

Melihat keadaan sudah bersih saya bergegas ke ruang kantor mengambil mikrofon. Melalui pengeras suara saya menyampaikan bahwa kegiatan rutin pagi Jum'at segera akan dimulai. Kegiatan itu adalah kegiatan imtaq. Jum'at Berkah, demikian saya menyebutnya.

Dua orang siswa mengambil terpal dan menggelarnya di halaman sekolah. Terpal itu berfungsi sebagai alas duduk untuk kegiatan imtaq. Sejauh ini sekolah menggunakan halaman untuk kegiatan seperti itu karena tidak memiliki ruangan khusus. Namun demikian itu tidak mengurangi makna kegiatan.

Setelah terpal digelar, anak-anak berebutan mengambil tempat duduk secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Mereka duduk bershaf. Seorang siswa keluar dari ruang kantor dengan sejumlah buku Yasin. Tangannya menggepit buku itu ke dadanya. Di bantu seorang siswa lainnya, buku yasin itu dibagikan kepada siswa satu persatu. Tidak semua siswa kebagian karena jumlah bukunya memang kurang.

Sumber gambar Dokpri

Saya sendiri memimpin kegiatan. Kegiatan dimulai dengan pembacaan fatihah-fatihah yang diniatkan untuk kedua orang tua dan keluarga yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup, juga untuk para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Doa juga diniatkan untuk anak-anak, bapak/ibu guru, serta semua warga sekolah dengan harapan semuanya senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan agar tetap dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai warga sekolah.

Saat kegiatan dimulai, satu dua guru datang dan langsung ikut mengambil bagian dalam kegiatan. Mereka duduk berbaur di antara anak-anak. Ini akan memberikan motivasi kepada siswa karena mereka akan merasa mendapat perhatian dari guru.

Selanjutnya, saya memimpin pembacaan surah yasin dan tiga ayat terakhir dalam al-Qur'an. Kegiatan ditutup dengan membaca tahlil dan doa. Secara keseluruhan siswa mengikuti kegiatan dengan baik. Satu dua orang anak-anak terlihat saling colek atau berbicara dengan teman-temannya saat kegiatan. Itu masih dapat dianggap wajar. Jangankan anak-anak, orang tuapun kerapkali menunjukkan perilaku serupa. Di ujung kegiatan saya mengajak siswa memanjatkan doa sebagai penutup.

Setelah kegiatan siswa tidak langsung beranjak dari tempat duduknya. Salah seorang siswa kelas 6 menggunakan kesempatan itu untuk berlatih berpidato. Sebuah cara untuk melatih rasa percaya diri dan keberanian berbicara di depan umum.

Embung Kandong, 27 Januari 2023

Energi (Baru) dalam Pesawat Kertas

Dokpri Pagi tadi saya masuk ruang kelas dengan perasaan yang lebih baik dari hari kemarin. Ada energi baru yang muncul kembali setelah dirun...