Sebelum berangkat ke sekolah gabut itu masih meracuni nadi berpikir dan kesadaran saya. Kegabutan itu terutama disebabkan oleh motor yang belum dibawa ke bengkel. Sementara biaya servis belum juga saya kantongi.
Saya mengeluarkan motor dari gudang dan menuntunnya sampai di halaman yang agak lega. Saya mencoba menghidupkannya lagi dengan harapan bisa hidup.
Di luar dugaan, ternyata pagi yang berkabut sedang ingin mempertontonkan sebuah keajaiban di hadapan saya. Motor itu tetiba saja bisa hidup dengan sekali tekan pada tombol electric starter. Gabut yang telah mengeras dalam kesadaran saya sedikit berkurang. Saya mulai bisa berdamai dengan keadaan.
Hanya dengan mencuci muka saya berangkat ke sekolah. Sebuah kebiasaan saat masih bujang yang sesekali saya ulangi setelah berkeluarga. Cuaca dingin membuat saya menjatuhkan pilihan berangkat tanpa mandi pagi. Agak risih juga bertanya kepada siswa kalau soal mandi.
Saya tiba di sekolah sekitar 15 menit lebih lambat dari pukul tujuh. Beberapa menit berlalu, smartphone saya berdering. Seorang tetangga yang juga masih kerabat menelpon. Katanya ingin mengembalikan uang yang dipinjamnya beberapa waktu yang lalu. Mendengar kabar itu dada saya semakin lega, selega lapangan bola.
Motor tidak dibawa ke bengkel dan niat baik kerabat yang akan mengembalikan pinjamannya seolah melipatgandakan energi saya hari ini. Saya seolah berada pada sebuah titik yang menumbuhkan semangat berbaur dengan anak-anak kelas 3 dalam proses belajar.
Saya memasuki kelas dengan semangat yang berbeda. Hal serupa tampak pada anak-anak. Wajah-wajah polos itu memperlihatkan kesiapan untuk belajar. Kehadiran semua siswa menandai permulaan bagus untuk menyambut pagi. Mungkin bukan sebuah kebetulan pula kehadiran energi baru itu sesuai dengan tema pelajaran yang membahas tentang energi, tepatnya sumber energi.
Untuk masuk ke materi energi, saya mencoba menggali pemahaman siswa dengan mulai dari diri siswa sendiri. Saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemantik secara lisan yang berhubungan energi, misalnya, tentang pentingnya sarapan dan pengaruhnya dengan aktivitas sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan itu menggiring siswa ke tema sentral tentang energi.
Selanjutnya anak-anak berdiri untuk melakukan aksi yang berhubungan dengan energi. Mereka berbaris dengan membawa buku. Buku itu diangkat sejajar dengan muka siswa. Sehelai lembaran buku dibiarkan menjuntai kemudian bersama-sama meniupnya.
Tindakan itu menimbulkan gerakan pada helai kertas yang menjuntai. Apa yang dilakukan siswa membawa mereka pada kesimpulan bahwa angin merupakan salah satu sumber energi yang dapat menimbulkan gerakan. Pemahaman awal itu kemudian membawa mereka pada pengalaman sehari-hari bahwa angin sebagai sumber energi dimanfaatkan untuk bermain layang-layang, menerbangkan balon, memutar baling-baling dan sebagainya.
Pada tahap selanjutnya siswa bersama-sama membuat media yang dapat digerakkan oleh angin. Pesawat terbang kertas menjadi pilihan mereka karena bahan-bahannya mudah didapatkan. Saya pun memfasilitasi mereka dengan kertas HVS tak terpakai.
Dalam proses pembuatannya beberapa siswa mampu membuat lipatan sesuai petunjuk dengan rapi. Beberapa lainnya mampu melipat tetapi tidak simetris. Sisanya satu dua orang tidak dapat membuat lipatan simetris pada beberapa tahapan.
Proses pembuatan pesawat tersebut paling tidak melibatkan pemahaman geometris. Ada semacam tuntutan keterampilan terhadap siswa bagaimana melipat bidang-bidang kertas itu, ke mana arah lipatan, serta garis atau sisi kertas mana saja yang lipatannya harus simetris.
Secara keseluruhan akhirnya semua siswa dapat menyelesaikan pembuatan pesawat kertas. Beberapa orang dengan girang melakukan uji coba dengan melempar pesawatnya di dalam kelas. Kelas sedikit gaduh tetapi suasana pembelajaran menyenangkan mereka dapatkan.
Agar lebih leluasa anak-anak memainkan pesawatnya di luar kelas. Mereka berdiri berjajar di halaman sekolah dan melempar pesawatnya ke udara. Beberapa pesawat terbang jauh. Beberapa lainnya tidak dapat terbang maksimal.
Berdasarkan pengamatan ternyata disebabkan oleh cara melempar pesawat dan bentuk lipatan yang melibatkan unsur simetris sehingga mempengaruhi keseimbangannya. Hal terpenting adalah bahwa mereka memahami bahwa angin merupakan salah satu sumber energi dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman tentang sumber energi itu kemudian diperluas dengan informasi jenis-jenis energi lain yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Lombok Timur, 16 Januari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar