Bersosialisasi dengan tetangga di kampung merupakan rutinitas keseharian. Salah satu cara bersosialisasi itu dengan ngobrol di teras rumah atau sekepat.
Tetangga saya, juga teman ngobrol saat senggang, tiga bersaudara, baru saja pulang sekitar dua Minggu yang lalu dari Kalimantan. Mereka merantau ke pulau itu untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Setiap tahun menjelang Ramadlan mereka pulang. Biasanya seminggu sampai sebulan sebelum puasa mereka sudah berada di rumah. Pasca lebaran mereka kembali meninggalkan istri dan anak-anaknya.
Apa yang mereka lakukan di pulau terbesar dalam wilayah NKRI itu?
Kompasianer tentu sangat familiar dengan sinetron berseri "Para Pencari Tuhan" (PPT) dengan dialog penuh filosifis tokoh-tokohnya. Saya mengadopsi judul sinetron itu untuk menyebut pekerjaan mereka sebagai "Para Pencari Gaharu".
Mereka memang pencari kayu gaharu (dalam bahasa Sasak disebut garu). Di Negeri Borneo itu mereka melakukan petualangan keluar masuk hutan untuk mencari gaharu, kayu yang digunakan untuk berbagai keperluan di bidang kesehatan dan kecantikan (KOMPAS.com).
Mereka, Para Pencari Gaharu, merupakan orang-orang orang nekat dengan keberanian yang luar biasa. Mereka berani menantang rimba Kalimantan dengan berbagai bahaya yang menantang.
Para Pencari Gaharu (PPH) merupakan orang-orang yang dilengkapi anugerah dengan keberanian yang melampaui batas toleransi. Mereka mirip dengan pemanjat gedung pencakar langit yang berani menantang maut. Jika pemanjat gedung berhadapan ketinggian dan kekuatan gravitasi bumi, Para Pencari Gaharu (PPH) harus berhadapan dengan kehidupan buas alam rimba. Mereka berjumpa dengan perubahan cuaca ekstrem, tebing yang curam, binatang buas, atau tersesat dan kehilangan arah. Belum lagi resiko kehabisan bekal dan terserang penyakit. Menurut PPH, sudah banyak pencari gaharu yang meninggal dan di kubur teman-temannya di tengah hutan.
Secara berkelompok mereka masuk hutan. Mereka menaklukkan bukit, menantang arus sungai. Di tengah hutan mereka membangun tenda sekadar tempat berteduh semalam untuk melanjutkan perjalanan besok pagi.
Setiap kelompok bisa terdiri dari 5-10 orang. Setiap anggota kelompok membawa beban sambil berjalan kaki. Mereka menembus belantara, membelah sungai, menaklukkan bukit, dan menantang berbagai sisi alam liar hutan Kalimantan.
Untuk melakukan petualangan itu, mereka membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Petualangan itu membuat mereka harus membawa sangu atau bekal perjalanan yang cukup. Menempuh perjalanan dengan beban begitu berat dan medan tempuh yang penuh bahaya hanya dapat dilakukan oleh orang-orang bernyali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar